JOGJAOKE.COM, Bantul — Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggagas pengembangan Desa Wisata Zero Waste di Dewi Kajii, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Program ini ditujukan menjadi model pengelolaan sampah berkelanjutan yang dapat direplikasi di desa wisata lain.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UMY, Ratih Herningtyas, pada Minggu (21/9/2025), menegaskan desa wisata perlu tetap menjadi sumber ekonomi masyarakat tanpa menambah beban lingkungan. “Inovasi pengelolaan sampah berbasis edukasi dan komunitas adalah kuncinya,” ujarnya.
Melalui program BIMA (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat), pendekatan zero waste tidak sekadar berhenti pada kampanye, melainkan ditargetkan menjadi budaya baru. Dukungan akademisi, komunitas, dan tokoh agama diharapkan memperkuat Desa Wisata Dewi Kajii sebagai contoh bahwa sampah dapat menjadi berkah bagi warga.
Sebagai bagian dari program, UMY bersama masyarakat setempat menggelar seminar bertema “Mengubah Sampah Menjadi Berkah: Edukasi, Ekonomi, dan Lingkungan”. Seminar menghadirkan pendiri Gerakan Sedekah Sampah, Ananto Isworo, penerima penghargaan Kalpataru dari Pemerintah DIY.
Dalam pemaparannya, Ananto menekankan pentingnya perubahan pola pikir sejak rumah tangga. “Delapan puluh persen persoalan sampah selesai jika ada kesadaran bersama. Keluarga adalah titik awal,” kata dia. Ia juga menjelaskan bahwa konsep sedekah sampah tidak hanya memberi nilai ekonomi, tetapi juga berdampak sosial karena hasilnya dialokasikan untuk kegiatan kemanusiaan.
Salah satu peserta, Rini Sutriasih, mengaku mendapat pemahaman baru. “Saya sadar sekarang bahwa sampah bisa jadi sarana ibadah sekaligus pemberdayaan ekonomi. Dari rumah, saya akan mulai membiasakan anak-anak memilah sampah dan mengurangi plastik sekali pakai,” ujarnya. (ihd)