Jejak Provokasi dan Keliaran Massa di Balik Demo 25 Agustus

Selasa, 26 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Demo, api dan kemarahan. (Joke)

Demo, api dan kemarahan. (Joke)

JOGJAOKE.COM, Jakarta – Senin, 25 Agustus 2025, langit Jakarta berwarna merah kelabu. Sejak siang, ribuan orang berkumpul di depan Gedung DPR/MPR/DPD RI. Mereka datang dengan tuntutan beragam, dari isu politik hingga persoalan ekonomi. Namun berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya, kali ini tak ada mobil komando, tak ada pengeras suara yang mengatur. Massa berjalan sendiri-sendiri, tanpa koordinator lapangan.

Polisi sempat mencatat kehadiran sejumlah pelajar berseragam putih abu-abu. Aparat di lapangan menghalau, tapi beberapa jam kemudian para siswa itu justru kembali, dijemput oleh kelompok massa lain. “Ada yang sengaja membawa mereka masuk ke kerumunan,” kata seorang petugas pengamanan yang tak ingin namanya disebut.

Situasi makin sulit dikendalikan menjelang malam. Massa menyebar ke arah Slipi dan Senayan. Di dua titik inilah provokasi bermula.

Teriakan ‘Mobil DPR’

Sekitar pukul 18.30 WIB, Lurah Manggarai Selatan, Muhammad Sidik, melintas dengan mobil dinas Toyota Innova berpelat merah. Sopirnya, Asep Yudiana, hanya mencari jalan pulang yang lebih cepat. Namun begitu sampai di Bundaran Slipi, seseorang dari kerumunan berteriak, “Itu mobil anggota DPR!”

Teriakan itu, menurut saksi mata, datang dari seorang pria berbadan besar di barisan depan massa. “Setelah itu langsung ramai, orang-orang ikut melempari,” ujar seorang pedagang kaki lima yang melihat peristiwa.

Provokasi itu cukup. Massa menyerbu, melempari mobil dengan batu dan kayu. Sopir panik, memacu kendaraan, menabrak gerobak siomay, lalu terhenti setelah menabrak motor. Sidik yang turun dari mobil dan mengaku sebagai lurah tetap jadi sasaran pukulan. Sopirnya pun dihantam.

ASN dan Palisade

Beberapa jam sebelumnya, di bawah flyover Senayan Park, provokasi serupa terjadi. Hyundai Palisade hitam berpelat ZZH yang dikemudikan ASN berinisial BB tiba-tiba dikepung. “Mobil DPR! Mobil pejabat!” teriak massa. Batu melayang, kaca pecah, bambu menghantam bodi mobil.

Video amatir memperlihatkan seorang pria berbaju batik di kursi penumpang menutupi wajahnya dari serangan. Polisi memastikan mobil itu bukan milik anggota DPR. “Korban ASN, bukan pejabat politik,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi. Laporan resmi pun dibuat di Polda Metro Jaya.

Kenapa kerumunan bisa begitu liar? Menurut seorang analis keamanan yang diminta JOGJAOKE menelaah insiden, hilangnya kendali terjadi sejak awal. “Demo tanpa korlap ibarat kereta tanpa masinis. Siapa pun bisa jadi pemicu, provokasi sekecil apa pun bisa meledak,” ujarnya.

Polisi tampak hanya fokus menjaga gedung parlemen. Ketika massa bubar dan bergerak ke jalanan sekitar, aparat terlambat mengantisipasi. “Ada miss di pengamanan. Mereka tidak memetakan jalur evakuasi bagi kendaraan sipil yang lewat,” kata seorang sumber di Polda Metro Jaya.

Ketiadaan pengendali, campuran pelajar dan warga, serta provokasi di lapangan membuat siapa pun bisa jadi korban. Seorang lurah, sopir, hingga ASN yang kebetulan lewat diseret ke dalam amuk yang tak ditujukan kepada mereka.

Luka dan Pertanyaan

Sidik kini dirawat dengan tubuh penuh memar, sopirnya pun masih lemah akibat bogem massa. Mobil dinasnya ringsek, dua ponsel, dompet, dan barang pribadi raib. ASN BB pun merugi karena mobil pribadinya rusak berat. Polisi menyelidiki dengan pasal pengeroyokan, tapi trauma para korban tak bisa disembuhkan hanya dengan laporan polisi.

Pertanyaan pun muncul: siapa yang pertama kali memprovokasi dengan teriakan “mobil DPR”? Bagaimana para pelajar bisa lolos masuk ke kerumunan? Dan mengapa aparat seakan hanya jadi penonton ketika massa mulai liar di jalanan?

Di Slipi malam itu, yang tersisa adalah pelajaran pahit: ketika protes kehilangan arah, rakyat biasa bisa jadi korban. (ihd)

Berita Terkait

Prabowo Saksikan Penyerahan Aset Tambang Ilegal Rp7 Triliun ke PT Timah
Fatwa Muhammadiyah: Mirin Boleh untuk Muslim di Jepang, Tetap Haram di Indonesia
Tragis! Pelajar Imogiri Ditemukan Tewas Gantung Diri di Rumahnya
Pakar HAM UMY Menilai Hilangnya Dua Demonstran sebagai Penghilangan Paksa
Gelapkan Barang Rp1,2 Miliar, Salesman Dituntut Tiga Tahun Penjara
Istana Kembalikan Kartu Identitas Liputan Wartawan CNN Indonesia
Keluarga Minta Presiden Pastikan Kematian Arya Daru Diusut Transparan
26 OBH di DIY Dilibatkan untuk Perluas Bantuan Hukum Masyarakat Miskin

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 18:41 WIB

Fatwa Muhammadiyah: Mirin Boleh untuk Muslim di Jepang, Tetap Haram di Indonesia

Minggu, 5 Oktober 2025 - 11:27 WIB

Tragis! Pelajar Imogiri Ditemukan Tewas Gantung Diri di Rumahnya

Rabu, 1 Oktober 2025 - 14:26 WIB

Pakar HAM UMY Menilai Hilangnya Dua Demonstran sebagai Penghilangan Paksa

Rabu, 1 Oktober 2025 - 02:47 WIB

Gelapkan Barang Rp1,2 Miliar, Salesman Dituntut Tiga Tahun Penjara

Senin, 29 September 2025 - 18:57 WIB

Istana Kembalikan Kartu Identitas Liputan Wartawan CNN Indonesia

Berita Terbaru