JOGJAOKE.COM, Kulon Progo – Sabtu (6/9/2025) sore, sebuah rumah di Dusun Sebokarang, Wates, Kulon Progo, mendadak gaduh. Tumpukan genting bekas pakai di pekarangan ternyata bukan sekadar bongkahan tanah liat tua. Dari sela-selanya muncul desis panjang, disertai suara keras menyerupai kompresor. Bukan mesin yang rusak, melainkan seekor kobra Jawa sepanjang satu setengah meter.
“Awalnya ada telepon dari warga, katanya ada kobra ndelik (bersembunyi) di bongkaran genting. Waktu dibuka genting, keluar suara keras itu,” kata Komandan Regu 2 Mako Damkar Wates, Nevo Roby, ketika dihubungi Minggu (7/9).
Kehadiran reptil berbisa itu seketika membuat panik. Tukang yang diminta memindahkan genting ogah melanjutkan pekerjaan sebelum ular ditemukan. Pemilik rumah pun tak punya pilihan selain menghubungi pemadam kebakaran.
Petugas damkar datang, bersiap dengan helm berlapis kaca dan tongkat penangkap ular. Proses evakuasi berlangsung alot. Genting harus dibongkar satu per satu. Bau menyengat disemprotkan ke celah bangunan, memaksa kobra keluar dari persembunyian.
Namun upaya itu tak membuat ular jinak. Begitu terlihat, hewan melata itu menyemburkan bisa ke arah petugas. “Syukurlah tidak kena kulit karena kami pakai helm kaca,” ujar Nevo.
Dengan sigap, ular berhasil dijepit dan dimasukkan ke dalam karung. Beratnya lebih dari satu kilogram, tubuhnya hitam legam berkilat. “Jenisnya sama seperti yang ditangkap di Lendah beberapa waktu lalu, tapi yang ini jauh lebih besar,” kata Nevo.
Setelah tertangkap, terungkap jejak lain dari kehadiran kobra ini. Beberapa hari sebelumnya, warga kehilangan anak ayam. Ada yang mati mendadak, ada pula yang raib. Dugaan kuat mengarah pada ular yang kini sudah berada di markas Damkar Kulon Progo.
Untuk sementara, kobra itu diamankan di Mako Damkar. Rencananya, ia akan diserahkan kepada komunitas pecinta reptil. “Kalau ular berbisa, biasanya diambil oleh yayasan atau komunitas. Tidak bisa sembarangan dilepas,” kata Nevo.
Di Sebokarang, rumah itu kini kembali sunyi. Tumpukan genting perlahan dibereskan. Namun, gema kepanikan sore itu masih membekas: suara desis kobra Jawa yang muncul dari balik genting, membawa ketegangan sekaligus peringatan bahwa alam kerap menyelinap di sekitar manusia. (ihd)