JOGJAOKE.COM, Yogyakarta — Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi perguruan tinggi pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terlibat langsung dalam pendampingan program Koperasi Desa Merah Putih, inisiatif nasional untuk memperkuat ekonomi kerakyatan melalui penataan dan standardisasi koperasi di tingkat desa.
UMY ditunjuk oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY sebagai mitra akademik utama sekaligus model pelaksanaan pengabdian masyarakat berbasis kemitraan dengan koperasi.
Program ini diharapkan menjadi contoh integrasi peran kampus dalam penguatan kelembagaan ekonomi rakyat.
Menurut Dr. drg. Laelia Dwi Anggraini, Sp.KGA, Kepala Subdirektorat Pengabdian Dosen UMY, sebagian besar perguruan tinggi di DIY baru akan memulai pendampingan koperasi pada 2026 melalui program kuliah kerja nyata (KKN).
Namun, UMY menjadi kampus pertama yang melaksanakannya lebih awal, tahun ini, lewat skema pengabdian dosen.
“Kami mendapat arahan langsung dari pimpinan universitas agar pengabdian dosen tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga menjalin kemitraan strategis dengan dunia usaha dan industri. Salah satunya dengan Dinas Koperasi DIY,” ujar Laelia, Jumat (17/10/2025).
Melalui koordinasi dengan Dinas Koperasi DIY, UMY berkomitmen mendampingi 20 Koperasi Desa Merah Putih yang tersebar di lima kabupaten/kota, yakni Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo, Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Dari sekitar 400 koperasi Merah Putih di DIY, sebagian besar masih membutuhkan pendampingan akademik dan manajerial secara berkelanjutan.
Setiap koperasi akan mendapat bimbingan langsung dari dosen lintas disiplin, terutama di bidang manajemen, pemasaran, dan pengemasan produk UMKM.
“Koperasi Desa Merah Putih sudah berjalan, tetapi masih perlu penguatan dalam aspek manajemen dan profesionalitas. Kami hadir untuk membantu dari sisi pengelolaan usaha hingga packaging produk agar lebih kompetitif,” kata Laelia.
Selain memberi dampak sosial-ekonomi, program ini menjadi bagian dari sistem pengabdian dosen terukur di UMY.
Setiap dosen diwajibkan menghasilkan lima luaran utama: publikasi jurnal internasional, artikel media massa, video dokumentasi, laporan akhir, dan presentasi hasil di konferensi internasional.
Setiap dosen memperoleh dana pengabdian Rp12 juta, dengan 35 persen di antaranya dialokasikan untuk luaran akademik.
“Tujuan besar program ini adalah menciptakan penstandaran harga dan memperkuat posisi tawar masyarakat desa terhadap pasar. Kami ingin UMY hadir memberi kontribusi nyata melalui keilmuan dan riset terapan,” ujar Laelia.
Saat ini, baru 20 dosen dari total 735 skema pengabdian yang terlibat dalam program. Tahun depan, jumlahnya ditargetkan meningkat menjadi seratus dosen atau lebih.
UMY juga berencana mengadakan peluncuran resmi Program Koperasi Desa Merah Putih bersama Dinas Koperasi DIY, dan berharap peresmian tersebut dapat dilakukan langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai bentuk dukungan terhadap peran perguruan tinggi dalam memperkuat perekonomian rakyat. (ihd)






