JOGJAOKE.COM, Yogyakarta — Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menggagas konsep ‘rumah sakit tanpa dinding’, sebuah pendekatan baru dalam pelayanan kesehatan yang menempatkan tenaga medis langsung di tengah masyarakat.
Gagasan ini diharapkan mampu menjangkau kelompok warga yang selama ini sulit mengakses layanan kesehatan konvensional.
“Pelayanan kesehatan seharusnya tidak dibatasi oleh tembok. Kita harus hadir di tengah masyarakat, menjangkau mereka yang membutuhkan dan terbatas karena keadaan,” ujar Hasto saat menyampaikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-16 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Selasa (14/10/2025).
Melalui konsep tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta berencana memperkuat kolaborasi dengan Fakultas Kedokteran UKDW.
Salah satu bentuknya adalah program Satu Kampung Satu Tenaga Kesehatan, yang memungkinkan mahasiswa kedokteran melakukan magang lapangan dengan supervisi dokter puskesmas setempat.
Menurut Hasto, sinergi itu dapat menjadi langkah konkret menghadirkan layanan kesehatan yang inklusif, humanis, dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
“Rumah Sakit Tanpa Dinding saya kira bisa diwujudkan bersama. Calon dokter UKDW dapat berperan sebagai dokter jaga atau case manager di kampung-kampung,” katanya.
Ia menambahkan, terdapat tiga isu kesehatan utama yang menjadi prioritas penanganan di Yogyakarta, yakni penyakit menular (TBC dan HIV), stunting, serta kesehatan lansia, mental, dan lingkungan. Berdasarkan data Pemkot, saat ini terdapat 1.169 lansia jompo yang memerlukan perhatian khusus.
Hasto menilai, inovasi di sektor kesehatan harus dibarengi dengan reformasi pelayanan agar lebih adaptif terhadap kebutuhan masyarakat. “Inovasi saja tidak cukup, harus ada reformasi yang mendobrak kebiasaan lama,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menekankan pentingnya keseimbangan antara hard skill dan soft skill bagi tenaga kesehatan.
Menurut dia, kemampuan teknis harus diiringi empati dan kemampuan komunikasi yang baik agar pelayanan kesehatan tidak kehilangan sisi kemanusiaannya.
“Dokter yang baik bukan hanya yang ahli secara medis, tetapi juga yang mampu berempati dan menghargai pasiennya,” tutur Hasto.(ihd)






