JOGJAOKE.COM, Yogyakarta — Pemerintah Kota Yogyakarta menerapkan strategi ganda dalam menurunkan angka kemiskinan dengan menyasar penanganan gejala sekaligus akar penyebabnya.
Pendekatan ini diharapkan mampu mempercepat penurunan angka kemiskinan yang masih berada di kisaran 6 persen.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menjelaskan dua strategi utama itu, yakni pendekatan simptomatis (berdasarkan gejala) dan pendekatan kausatif (berdasarkan akar masalah).
Kedua pendekatan tersebut disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tematik Kemiskinan 2025 di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (23/10/2025).
“Penurunan kemiskinan tidak bisa hanya dari satu sisi. Kita harus menyentuh keduanya, baik dari gejala kemiskinan seperti pemenuhan kebutuhan pangan dan bantuan sosial, maupun akar penyebabnya seperti pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja,” ujar Hasto.
Pendekatan simptomatis dilakukan dengan memperkuat program food bank dan subsidi kebutuhan pokok bagi warga rentan, termasuk janda lanjut usia dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara itu, pendekatan kausatif ditempuh melalui peningkatan akses pendidikan, pelatihan kerja, serta program padat karya berbasis komunitas.
“Tujuannya agar masyarakat kecil bisa mandiri. Kami mendorong konsep self-limited poverty, di mana warga miskin mampu bangkit melalui gotong royong dan dukungan pemerintah,” kata Hasto.
Ia juga mencontohkan model pemerataan ekonomi berbasis komunitas seperti Koperasi Merah Putih yang beranggotakan warga miskin dan mengelola produksi batik sekolah. Pemkot juga tengah menyiapkan warung kelontong bersubsidi yang akan dikelola warga penerima bantuan.
“Warung-warung ini menjadi kepanjangan tangan BUMD, menjual kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, dan hanya bisa diakses oleh warga penerima kartu bantuan,” ujarnya.
Kepala Bappeda Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono, menyebut angka kemiskinan di Kota Yogyakarta menunjukkan tren positif. Berdasarkan data 2023, angka kemiskinan ekstrem tercatat 0,5 persen, sementara kemiskinan umum berada di sekitar 6 persen.
“Kami fokus pada kantong-kantong kemiskinan di sepanjang Sungai Code, Gajahwong, dan Winongo. Jika titik-titik ini tertangani, penurunan angka kemiskinan akan lebih cepat,” kata Agus.
Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor agar upaya penanggulangan kemiskinan tidak berhenti pada bantuan jangka pendek, tetapi berlanjut pada penciptaan kemandirian ekonomi warga. (ihd)






