JOGJAOKE.COM, Jogja – Kota Yogyakarta terus menunjukkan komitmennya dalam mengatasi persoalan sampah organik.
Melalui pembangunan Laboratorium Pupuk Organik di Kelurahan Tegalrejo, pemerintah kota berupaya menciptakan solusi berkelanjutan.
“Proses pengerjaan kami targetkan selesai dalam tiga minggu,” ujar anggota DPRD Komisi B Kota Yogyakarta, Krisnadi Setyawan.
Ia menegaskan, laboratorium ini nantinya akan menjadi sumber pemasok hasil olahan pupuk organik sekaligus pusat edukasi masyarakat.
Selain itu, pemerintah berkolaborasi dengan TNI dalam tahap pematangan lahan dan pembangunan akses jalan utama untuk memperlancar distribusi material.
“Kami dari TNI tidak hanya mendampingi, tapi juga ikut terjun langsung di lapangan,” tegas Komandan Kodim (Dandim) 0734/Kota Yogyakarta Arif Setiyono.
Ia menambahkan, kolaborasi lintas sektor ini merupakan bukti nyata dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional yang sedang digalakkan Presiden.
Laboratorium seluas 8.000 meter persegi di atas lahan milik Pemkot Yogyakarta ini akan menggunakan metode BioWell dengan bioaktivator khusus.
Tak hanya itu, tempat ini juga dimanfaatkan untuk budidaya magot dan cacing bernilai ekonomi tinggi.
“Cacing segar kini mencapai Rp160.000 per kilogram, sedangkan tanah bekas cacingnya bisa mencapai Rp80.000 per karung,” jelas Penyuluh Pertanian Kota Yogyakarta, Eka Yulianta.
Targetnya, empat bulan pertama laboratorium ini mampu menyerap hingga 60 ton sampah organik basah setiap bulan.
“Kalau tanah pertanian bisa produktif dan menghasilkan PAD, maka di tahun kedua manfaat ekonominya sudah kembali ke pemerintah,” ungkapnya optimistis.
Ia menegaskan, keberadaan laboratorium ini bukan hanya untuk mengolah sampah, tetapi juga mengubah paradigma masyarakat tentang nilai ekonomi dari limbah organik menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan.(waw)